Terkadang dalam perjalanan kamu perlu untuk mundur. Bukan untuk kalah, tapi untuk menang atas ego sendiri
Kita sesungguhnya selalu berharap versi terbaik menurut kita sendiri. Saat berdo’a, kita memohon, dengan kesungguhan hati selalu meminta yang terbaik dan terbaik. Seolah terbaik itu sesuai dengan apa yang diminta, memohon untuk diberi kekuatan. Namun, Allah justru memberikan kita kesulitan agar menjadi kuat. Terkadang, memang ada hal yang begitu mudah dipahami tapi sangat sulit diterima.
Merelakan bukan berarti menyerah. Namun, lebih pada menyadari dan menerima bahwa ada hal yang tidak selamanya bisa dipaksakan.
Apa yang selalu kita pikirkan belum tentu sama dengan apa yang ingin Allah kehendaki, Apa kamu juga mengalami seperti yang saya rasakan?
merasa lelah padahal tak berjuang apa apa ?
merasa sepi padahal tidak sendiri ?
merasa perih meski tidak ada luka ?
merasa kalah ketika kita tak mulai pertarungan ?
Semestinya kita harus menyadari, ketika ditinggalkan seseorang bukan berarti kita sendirian, masih ada orang yang kita sebut sahabat, yang mungkin telah di lupakan beberapa saat. Pun demikian ketika ditinggalkan seseorang bukan berarti dunia ini berakhir, hidup ini masih menuntut untuk dijalani, tidak ada yang berhenti.
Seperti juga ketika merasa sendiri, setidaknya berpikirlah bahwa itulah yang dirasakan sahabatmu ketika kamu meninggalkannya untuk sesaat.
Ingatlah, Ketika kamu kehilangan sesuatu yang untuk mendapatkannya kita harus berusaha dengan keras mungkin maksud Allah agar tak lupa untuk berbagi, karena sebagian dari milik kita adalah titipan atau bisa jadi yang hilang tersebut akan lebih berguna jika bukan kamu pemiliknya.